Friday, December 10, 2010

Apakah yang Alkitab katakan mengenai berdusta atau berbohong?

Tidak peduli jika anda seorang hakim, seorang istri, atau orangtua yang sangat berperhatian, berbohong adalah salah satu hal yang paling umum dilakukan oleh seorang individu di dalam masyarakat. Berbohong tidak hanya terjadi dalam keluarga, tetapi antara pemerintah, bisnis untuk pelanggan, dan lain-lain.
Menurut seorang psikolog dari University of Massachusetts, Robert Feldman bahwa dusta “berhubungan dengan harga-diri. Kita mendapati bahwa ketika seseorang merasa harga diri mereka terancam, mereka langsung mulai berdusta di tingkatan dusta yang lebih tinggi lagi.”[1] Karena itu, Robin Lloyd katakan “Tidak semua kebohongan berbahaya. Bahkan, kadang-kadang berbohong adalah pendekatan yang terbaik untuk melindungi diri kita dan orang lain dari kejahatan, beberapa peneliti mengatakan.”[2]
Leonard Saxe, Ph.D., seorang ahli poligraf dan professor psikologi di Brandeis University, mengatakan, "Berbohong sejak dahulu telah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Kita tidak bisa melewati satu hari tanpa menjadi pembohong.” Dewasa ini para psikolog mendapati bahwa berbohong merupakan suatu fenomena umum tetapi sangat rumit.[3]
Jadi, apakah karena alasan tersebut kita boleh berdusta? Tujuan dari tulisan ini adalah untuk member informasi bagi kita mengenai kebohongan, dan berdasarkan dengan informasi ini, kita yang menjawab pertanyaan di kalimat pertama paragraph ini.
Sebelum kita melihat apa yang Alkitab katakan mengenai berdusta atau berbohong, saya ingin membagi empat alasan utama mengapa orang berdusta, sesuai dengan seorang penulis. Katanya orang berdusta:
  • Sebagai gurauan atau main-main saja. Seringkali kita berdusta untuk April Mop atau ketika bercerita, kita berdusta dalam cerita kita untuk bercanda.
  • Untuk terlepas dari sebuah hukuman. Biasanya anak-anak akan berdusta jika dia tahu akibat dari dusta tersebut. Ini merupakan sifat mendasar dari manusia, untuk mengelak dari suatu kesalahan dengan cara berdusta.
  • Untuk mendapat keuntungan. Bentuk kebohongan seperti ini mungkin merupakan yang paling berbahaya. Seringkali dusta seperti ini di ucapkan oleh suami/isteri yang terlibat dalam sebuah affair; para pencuri berdusta untuk mencuri.
  • Karena pikiran yang bingung. Alasan terakhir mengapa orang berdusta adalah karena mereka tidak tau jawaban yang sebenarnya. Mungkin seseorang diajarkan sesuatu yang salah, ajaran itu dia lanjutkan kepada orang lain, walaupun salah. Tetapi, walaupun itu sebuah kebohongan, orang berikutnya akan percaya. Mereka tidak berdusta dengan sengaja, tetapi banyak orang melakukan itu karena tidak tahu.[4]

Kata berdusta atau berbohong merupakan salah satu kata negatif yang pertama kali muncul di buku pertama Alkitab, Kejadian. Menurut The New Unger’s Dictionary kata dusta berarti “bohong/dusta adalah ucapan secara lisan atau tindakan yang salah, dengan maksud untuk menyesatkan atau menipu. Dalam Alkitab kata ini digunakan untuk menunjukkan semua cara di mana manusia mengingkari atau mengubah kebenaran melalui kata atau perbuatan, sebagaimana juga kejahatan pada umumnya.”[5] Definisi yang lebih kuat lagi di berikan oleh New Illustrated Bible Dictionary, berbohong adalah  “pernyataan atau tindakan yang dirancang untuk menipu orang lain. Biasanya motivasi untuk berbohong adalah salah satu dari dua, keinginan untuk menyakiti orang yang kebohongan diarahkan (Kej. 3:1-13; Rm. 3:13) atau untuk melindungi diri, biasanya karena takut atau gengsi (Matius 26: 69-75, Kisah 5:1-11).”[6]

Berbohong tegas dikutuk dalam Alkitab (Kel. 20:16; Ef. 4:25). Hal ini salah karena bertentangan dengan sifat Tuhan (Titus 1:2; Ibr. 6:18) dan karena itu menunjukkan bahwa seseorang tidak berhubungan dengan kenyataan (Rm. 1:25; 1 Yohanes 1:6). Alkitab mengajarkan orang percaya harus benar dalam kasih (Ef. 4:25).

Dua kata dalam bahasa Ibrani mempunyai arti yang sama: šeqer, dusta’,penipuan’; kāzāḇ, ‘berbohong’ atau ‘hal menipu’. Di dalam bahasa Yunani adalah pseudo dan semua kata yang menggunakan akar yang sama. Pada dasarnya, kebohongan adalah pernyataan dari apa yang diketahui palsu dengan maksud untuk menipu (Hak. 16:10, 13). Para penulis Alkitab sangat mengutuk bentuk-bentuk kebohongan yang parah, misalnya orang-orang yang membuat penipuan (Im. 6:2-3) atau membuat tuduhan yang salah (Ul. 19:15), juga kesaksian dari para nabi palsu (Yes. 14:14). Kebohongan dapat dinyatakan dalam kata kata (Amsal 6:19), gaya hidup (Mazmur 62:9), kesalahan (2Tes 2:11), atau suatu bentuk agama palsu (Rm. 1:25). Para nabi mengangap berbohong sebagai sebuah ungkapan khusus dari prinsip kejahatan (Ho. 12:1). Berbohong dilarang karena bertentangan dengan hati nurani moral bangsa Israel (Amsal 19:22), juga karena efek antisosial dari kebohongan (Amsal 26:28), dan di atas semua, berbohong adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan sifat ilahi (Bil. 23:19).

Yesus menyatakan bahwa Setan adalah bapa segala dusta (Yoh. 8:44). Semua dusta dilarang dalam komunitas Kristen (Kol. 3:9). Berbohong digambarkan dengan berbagai cara, misalnya jawaban mengelak Kain (Kej. 4:09); dusta yang disengaja Yakub (Kej. 27:19); Gehazi yang berbohong tentang majikannya (2 Raja 5:21-27), dan penipuan yang dilakukan oleh Ananias dan Safira (Kisah 5: 1-10). Berbohong adalah dosa dari Antikristus (1 Yoh. 2:22) dan semua orang yang suka berdusta biasanya kehilangan hidup kekal (Why. 21:27).

Bagaimana dengan dusta yang diucapkan dengan tujuan positif? Peristiwa 1 Samuel 16:2 tidak membenarkan “dusta putih.” Tuhan hanya memberi alasan pura-pura untuk kunjungan Samuel ke Betlehem, dan nabi itu tidak berkewajiban untuk mengungkapkan tujuan aslinya. Sekali lagi, 1 Raja-raja 22:20-23 menunjukkan bahwa Tuhan mengijinkan sebuah dalih bahwa penghakiman-Nya yang benar harus berlaku pada Ahab. Dalam bagian-bagian Alkitab seperti Kej. 12:10-20 menguraikan dengan jelas bahwa penipuan atau tidak memaafkan bukanlah sebagai contoh untuk diteladani.[7]

Alkitab mencatat cerita mengenai beberapa “orang baik-baik” yang berdusta. Yang pertama adalah Isak. Ketika dia menjadi penghuni Gerar, para lelaki penduduk di sana bertanya jika Rebekah adalah isterinya dia menjawab bukan isterinya melainkan saudara perempuannya. Dia berdusta karena ketakutan (Kej. 26:6,7).
Orang yang kedua adalah Simson, ketika Delila dengan memelas bertanya mengenai kunci kekuatannya dia berdusta tiga kali sebelum akhirnya memberi tahu rahasia kekuatannya adalah di rambut (Hakim-hakim 16:6,7,10).

Bahkan Daud berdusta sampai tiga kali. Dia meminta agar Yonatan mengucapkan sebuah cerita dusta demi keselamatannya. Daud memohon agar Yonatan mengucapkan dusta kepada ayahnya Saul, kalau Daud akan datang dan duduk makan bersama dengan Saul. Padahal Daud pergi melarikan diri (1 Samuel 20:5). Dusta yang diucapkan Daud selanjutnya adalah kepada Imam Abimelek, ketika dia sementara dalam pelarian karena diancam Saul. Dia mengucapkan dusta kepada Imam mengenai keberadaan mereka di tempat itu (1 Sam. 21:1,2).

Dusta yang ketiga adalah ketika dia bersama pasukannya berada di Ziklag, tanah orang Filistin, yang dipimpin oleh Raja Akhish. Ketika dia telah menyerang bangsa Gesurit, Gezrit dan Amalek, dan membunuh semua orang, dia berdusta kepada Raja Akhish di dalam percapannya sesudah kejadian itu (1 Sam. 27:8-12).
Orang baik yang terakhir adalah Petrus. Kita semua tahu mengenai Petrus yang menyangkal Yesus ketika di tanya apakah dia pengikut Yesus (Mat. 26:69-74).

Jadi apakah kita boleh berdusta? Tidak. Apakah ada dusta putih (white lie)? Tidak, semua dusta sama saja. Jadi seandainya kita terjebak ke dalam situasi untuk yang mengharuskan kita berdusta, lebih baik kita terus terang daripada berdusta, sesuai dengan contoh tokoh-tokoh yang sudah dibahas di atas.
Sekian dulu pembahasan kali ini, sampai jumpa di edisi berikutnya.


[1] Robert Lloyd, Why We Lie, May 2006, tersedia di http://www.livescience.com/health/060515_why_lie.html
[2] Ibid.
[3] Allison Kornet, The Truth About Lying,Juli 2010, tersedia di http://www.psychologytoday.com/articles/199705/the-truth-about-lying
[4] Alpha, Why do People Lie?, April 2007, tersedia di http://www.associatedcontent.com/article/194765/the_4_reasons_why_people_lie_pg2.html?cat=17
[5] Merrill Frederick Unger, R. K. Harrison, Howard Frederic Vos, & Cyril J. Barber, “lie,” The New Unger's Bible Dictionary, Rev. and updated ed. (Chicago: Moody Press, 1988)
[6]“Lie” Youngblood, F. Ronald,  F. F. Bruce, &  R. K. Harrison,    “Lie,” Nelson's New Illustrated Bible Dictionary (Nashville : Thomas Nelson Publishers, 1995).
[7]D. R . W. Wood, “Lie,” New Bible Dictionary (InterVarsity Press, 1996, c1982, c1962), 687.

6 comments:

  1. Mantap pembahasanya tdk dusta kecil atau besar semuanya Dosa

    ReplyDelete
  2. beda dgn islam, ada bohong yang diijinkan berdasarkan Hadist Rasulullah

    ReplyDelete
  3. beda dgn islam, ada bohong yang diijinkan berdasarkan Hadist Rasulullah

    ReplyDelete
  4. Apakah hukuman untuk penipu ya om?
    Maksudnya penipu dalam bisnis, pekerjaan, dll.

    ReplyDelete
  5. Bolehkah kita berbohong saat melindungi nyawa seseorang yang kita sembunyikan? Ketika yg mengejarnya bertanya pada kita, dimanakah org tersebut?

    ReplyDelete