Friday, December 10, 2010

People Leaving AIIAS

The Taskers as Mr&Mrs Santa
During the last two days, two families left AIIAS. The first family was our neighbor, Dr. Lim Bong and the second one is our Seminary Dean, Drs. David and Carol Tasker. It is always sad to part with friends. But this is life in AIIAS. People come, people go.

The Taskers are on their way to for a new post in South Pacific Division in Australia as the Field Secretary for the Division, while The Lims are back to Korean Union Conference since he's finished with his studies.

Well goodbyes are not forever! But they will surely be missed.

Nama di Dalam Alkitab

Pendeta, bagaimana pentingkah nama seseorang di dalam Alkitab? Bolehkan Pendeta berikan daftar nama-nama yang dimulai dengan huruf Z di dalam Alkitab?
Selamat berjumpa kembali di ruang tanya jawab. Pertanyaan kali ini merupakan pertanyaan yang bersifat “trivial” tetapi juga penting. Bagian pertama akan kami jawab dengan melihat beberapa tanggapan mengenai pentingnya genealogy atau daftar silsilah keturunan di dalam Alkitab. Kemudian pertanyaan kedua akan kami jawab dengan member daftar nama yang kami ambil dari buku All the Men of the Bible, karya Herbert Lockyer, D.D., D.Litt.

Banyak pembaca Alkitab jika tiba di bagian-bagian yang mencatat daftar silsilah menganggap itu sebagai bagian Alkitab yang tidak penting, dan bertanya-tanya mengapa para penulis Alkitab mengikutsertakan itu sebagai bagian dari wahyu ilahi. Sekilas, tampaknya tidak ada titik atau keuntungan dalam pencacahan nama-nama orang yang telah meninggal ribuan tahun yang lalu.
Namun, karena Alkitab adalah Firman Tuhan yang diinspirasikan, daftar nama yang tidak ini ditulis untuk kita mempelajarinya, dan jika kita benar-benar belajar akan menghasilkan hasil yang luar biasa. Banyak nama-nama ini menggambarkan bangsa, serta laki-laki, dan karena itu nilai historis yang tak ternilai. Dengan merujuk pada nama-nama ini, kita akan menemukan bahwa mereka sering menampilkan tindakan yang diambil oleh orang-orang kuno di atas bumi.

Nama Ibrani kuno, yang pada pandangan pertama mungkin kelihatan tidak menarik, dan sebagai sesuatu yang tidak penting, tetapi akan muncul sesuatu tentang nama-nama tersebut yang mengajak kita untuk mempertimbangkan dengan doa. Kadang-kadang tokoh di dalam Alkitab diberi nama karena kejadian tertentu. Sebagai contoh, dalam Kejadian 29 dan 30, anak-anak Yakub yang diberi nama karena ide atau insiden. Juga di dalam 1 Samuel 25:25, cerita mengenai seorang pria bernama Nabal, yang berarti bodoh. Istrinya berkata, “Sebab seperti namanya demikianlah ia: Nabal namanya dan bebal orangnya.” Sering kali nama Alkitab merupakan fragmen sejarah kuno, ayat-ayat tujuan ilahi, ungkapan harapan dan nubuatan masa depan.
Setiap orang Yahudi menyimpan catatan garis keturunannya dan bangga jika ia bisa mengklaim keturunan raja atau imam. Yusuf, misalnya, bisa membanggakan dirinya sebagai “anak Daud” Daftar silsilah Tawarikh, Ezra, Nehemia, Matius dan Lukas, mengandung sebagian besar pria bernama, membuktikan bagaimana orang-orang Yahudi sangat cermat dalam melestarikan silsilah keluarga mereka. Sering kita lihat bahwa hampir setiap keluarga Yahudi membuat family tree (pohon keluarga), ini merupakan praktek yang lazim.

Pencatatan garis keturunan keluarga di Israel kuno merupakan suatu kegiatan yang penting dan memiliki beberapa kegunaan. Janji Allah sebuah bangsa bagi Abraham dan keturunannya mengharuskan catatan seperti ini agar bisa mengatur pembagian tanah; catatan nama keluarga juga berfungsi sebagai bukti legal akan hak kepemilikan keluarga.
Salah satu dari alasan penting untuk mencatat nama keluarga adalah agar dapat “membuktikan dan mempertahankan garis keturunan kerajaan di Yehuda melalui garis keturunan keluarga Daud.” Hal ini disebabkan oleh kepercayaan bahwa Mesias akan berasal dari keturunan Daud, sehingga menjadikan ini suatu hal yang sangat penting.

Berikut ini merupakan beberapa fakta mengenai nama-nama di dalam Alkitab:
  1. Nama-nama berkaitan dengan hubungan keluarga.Beberapa nama diambil dari nama anggota keluarga yang lain (Lukas 1:59). Ahab means “kakak dari Ayah”; Ahban, “adik saya seorang anak lelaki”; Ahiam, “paman dari pihak ibu.” Ab means “ayah.”
  2. Nama-nama mengandung arti religi atau sesuatu yang penting. Kadang-kadang sebuah nama diberikan sebagai ungkapan harapan dari orang tua. Lihat nama Yohanes, “hadiah istimewa dari Allah.” Nama-nama lain seperti Samuel yang berarti “Tuhan sudah mendengar” terungkap dari hasil doa karena harapan kerohanian mereka mengenai anak mereka.
  3. Nama-nama diganti karena perintah Tuhan. Banyak nama bukan hanya diberikan oleh Tuhan tetapi diganti sesuai perintahNya. Contoh: Abram menjadi Abraham; Sarai menjadi Sarah; Yakub menjadi Israel; Osua menjadi Yosua.
  4. Nama-nama dianggap penting dan mempunyai arti yang signifikan. Hal ini terjadi karena nama-nama seperti Reuben, “lihat, seorang putra”; Yehuda, “memuji”; Yusuf, “dia nemambahkan.” Kadang-kadang, nama yang diberikan mencerminkan sifat orangtua mereka, yang diturunkan kepada anak-anak mereka.
  5. Nama-nama diambil dari dunia tumbuhan. Banyak nama seperti ini: Adam, “tanah merah”; Shamar, “duri.”
  6. Nama-nama berhubungan dengan alam: Geshem, “hujan”; Barak, “halilintar”; Boanerges, “putra-putra halilintar”;
  7. Nama-nama diambil dari dunia binatang: Kaleb, “anjing”; Dan, “anak singa”; Akhbor, “tikus”; Parosh, “kutu.”
  8. Nama-nama, terpisah atau bersama, sering ditemukan. Beberapa contoh adalah: “Saulus yang dipanggil Paulus,” “Simon Barjonas,” “Simon Zelotes,” “Yudas Iskariot.”
Kesimpulan yang dapat kita ambil adalah, nama di dalam Alkitab merupakan sesuatu yang sangat penting. Seringkali seseorang akan hidup dan dibesarkan dengan mengekspresikan sifat dari arti namanya. Tantangan bagi kita yang hidup dewasa ini, apakah kita mengerti arti dari nama kita? Nama saya adalah Bryan yang berarti “mulia, kuat, berbudi luhur, bukit,” apakah kira-kira ini yang dimaksudkan orang tua saya ketika saya di beri nama ini? Saya tidak mulia, mungkin tidak terlalu kuat (atau kuat makan?), bisa menjadi sebuah bukit karena kegemukan? Tetapi mungkin berbudi luhur? Siapa yang bisa menjawabnya?

Jika anda memiliki nama yang diambil dari Alkitab, tentu orang tua anda menginginkan anda untuk bersifat seperti nama anda. Ada juga nama yang diambil dari kebudayaan kita, seperti family name kita.
Yang jelas, kita semua membawa nama Kristen,”pengikut-pengikut Kristus.” Apakah kita mencerminkan sifat dan tabiat dari seorang pengikut Kristus? Ini merupakan tantangan bagi masing-masing kita. Kiranya Tuhan memberkati kita semua, sampai bertemu lagi di minggu yang akan datang.
Bagian terakhir ini mencatat nama-nama yang berawal dengan huruf Z, tetapi bukan merupakan daftar yang lengkap karena jika semua nama dan arti diberikan, tidak akan dimuat oleh redaksi. Jika anda benar-benar menginginkannya, anda bisa mencarinya di Google.Com dan search untuk “Bible names that start  with Z”003A


ZAAVAN, ZAVAN [Za4 'ava]n , Za4 'van]—PENAKLUKAN atau MENYEBABKAN KEGENTARAN. Putra dari Ezer, seorang keturunan Seir orang Horite (Kej. 36:27; 1 Taw. 1:42).


ZABAD [Za4 'ba]d ]—PEMBERI, DIA TELAH MEMBERI atau SEBUAH HADIAH. Banyak nama yang diambil dari kata dasar ini di dalam Perjanjian Lama. Ini berhubungan dengan Zebulun (Kej. 30:20), dan dalam bentuk yang lebih penuh dalam Zabdiel dan Zebadiah (hadiah saya adalah Yehowa).
  1. Putra dari Nathan dan cucu dari Pharez, putra Yehuda (1 Taw. 2:36, 37).
  2. Putra dari Tuhath, ayah Shuthelah, dari Efraim (1 Taw. 7:21).
  3. Putra dari Ahlai, salah satu pahlawan Daud yang paling perkasa (1 Taw. 11:41).
  4. Putra dari Shimeath, yang membantu membunuh Yoas, raja Yehuda (2 Taw. 24:26).
  5. Putra dari Zattu yang menikah dengan isteri perempuan asing (Ezra 10:27).
  6. Putra dari Hashum yang mengusir isterinya(Ezra 10:33).
  7. Putra dari Nebo yang juga mengusir isterinya(Ezra 10:43).
ZABBAI [Za]b'bai4 ]—BERKELILING-KELILING, BERSENANDUNG.
            1. Salah satu putra dari Bebai yang menikah dengan perempuan asing (Ezra 10:28).
            2. Ayah dari Barukh yang membantu perbaiki dinding Yerusalem (Neh. 3:20).


ZABBUD [Za]b'bud ]—DIINGAT DENGAN BAIK, DIKARUNIAI. Seorang putra Bigvai, yang kembali dengan Ezra dari pengasingan (Ezra 8:14).


ZABDI [Za]b'di4 ]—HADIAH DARI YEHOWA, YEHOWA SANG PEMBERI atau MAS KAWIN.
  1. Ayah dari Karmi, ayah dari Akhan. Juga dikenal sebagai Zimri (Yos. 7:1, 17, 18; 1 Taw. 2:6).
  2. Dari suku Benyamin, putra dari Shimshi (1 Taw. 8:19).
  3. Seorang dari bangsa Shepahm di Yehuda, penjaga took di saat Daud memerintah (1 Taw. 27:27).
  4. Putra dari Asaf, seorang Lewi dan ayah dari Mikha (Neh. 11:17).
ZABDIEL [Za]b'di]el ]—HADIAH SAYA ADALH TUHAN atau TUHAN PEMBERI.
  1. Ayah dari Yasobeam, salah satu prajurit Daud, (1 Taw. 27:2).
  2. Putra dari Haggedolim pengurus imam-imam di Yerusalem (Neh. 11:14).
ZABUD [Za4 'bud]—DIKARUNIAI atau PEMBERI. Putra dari Nathan, seorang sahabat darn salah satu menteri Solomon (1 Raja 4:5).


ZACCAI [Za]c'cai4 ]—BERSIH, TAK BERSALAH. Pendiri sebuah keluarga, anggota keluarga yang kembali dari pengasingan bersama dengan Zerubabel (Ezra 2:9; Neh. 7:14).


ZACCHAEUS [Za]cchae'us ]—MURNI atau DIBENARKAN


ZAKUR, ZAKHUR [Za]c'cur ,Za]c'chur ]—DIINGAT DENGAN BAIK, MURNI.
Bil. 13:4; 1 Taw. 4:26, 24:27, 25:2, 10; Neh. 12:35, 3:2, 10:12, 13:13.


ZAKARIA [Za]cha  ri4 'ah]—YEHOWA DIKENAL.
  1. Putra dari Yeroboam II, Raja Israel (2 Kings 14:29; 15:8, 11).
  2. Ayah dari Abi or Abijah, isteri Ahaz dan ibu dari Hiskia (2 Raja 18:2; 2 Taw. 29:1).
ZAKARIAS [Za]cha  ri4as ]—YEHOWA DIKENAL.
  1. Putra dari Barakias, atau Yehoiada (2 Chron. 24:20-22). Zacharias inilah seorang yang mati sahid disebuk oleh Kristus (Matt. 23:35; Lukas 11:51) seorang benar yang dibunuh orang Yahudi di taman Kaabah, antara rumahnya dan Kaabah.
  2.  Ayah dari Yohanes Pembaptis (Lukas 1:5-67; 3:2).
ZACHER (1 Taw. 8:31; 9:37).
ZADOK
ZAHAM (2 Taw. 11:19).
ZALAPH (Neh. 3:30).
ZALMON, SALMON (2 Sam. 23:28; Hakim. 9:48; Mz. 68:14).
ZALMUNNA (Hakim. 8:5-21; Mz. 83:11).
ZANOAH (1 Taw. 4:18).


ZAPHNATH-PAANEAH—JURUSELAMAT DUNIA atau PEMBERI KEHIDUPAN. Ini merupakan nama umum di Mesir yang diberikan keapda Yusuf oleh Firaun berasal dari kata dasar yang berarti “Tuhan berkata Dia hidup” (Kej. 41:45).


ZARA, ZARAH, ZERAH (Kej. 38:30; 46:12; Bil. 26:20; Yos. 7:1, 24; 22:20; 1 Taw. 2:4-6; 9:6; Neh. 11:24; Matt. 1:3).
ZATTU, ZATTHU (Ezra 2:8; 10:27; Neh. 7:13, 10:14).
ZAZA (1 Taw. 2:33).
ZEBADIAH (1 Taw. 8:15)
ZEBAH (Hakim-hakim 8; Maz. 83:11; Yes. 9:4; 10:26).
ZEBEDEE (Matt. 4:21; 10:2; 20:20; 26:37; 27:56; Mark 1:19, 20; 3:17; 10:35; Luke 5:10; Yoh 21:2).
ZEBINA (Ezra 10:43).
ZEBUL (Hakim 9:28, 41).
ZEBULUN

Apakah yang Alkitab katakan mengenai berdusta atau berbohong?

Tidak peduli jika anda seorang hakim, seorang istri, atau orangtua yang sangat berperhatian, berbohong adalah salah satu hal yang paling umum dilakukan oleh seorang individu di dalam masyarakat. Berbohong tidak hanya terjadi dalam keluarga, tetapi antara pemerintah, bisnis untuk pelanggan, dan lain-lain.
Menurut seorang psikolog dari University of Massachusetts, Robert Feldman bahwa dusta “berhubungan dengan harga-diri. Kita mendapati bahwa ketika seseorang merasa harga diri mereka terancam, mereka langsung mulai berdusta di tingkatan dusta yang lebih tinggi lagi.”[1] Karena itu, Robin Lloyd katakan “Tidak semua kebohongan berbahaya. Bahkan, kadang-kadang berbohong adalah pendekatan yang terbaik untuk melindungi diri kita dan orang lain dari kejahatan, beberapa peneliti mengatakan.”[2]
Leonard Saxe, Ph.D., seorang ahli poligraf dan professor psikologi di Brandeis University, mengatakan, "Berbohong sejak dahulu telah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Kita tidak bisa melewati satu hari tanpa menjadi pembohong.” Dewasa ini para psikolog mendapati bahwa berbohong merupakan suatu fenomena umum tetapi sangat rumit.[3]
Jadi, apakah karena alasan tersebut kita boleh berdusta? Tujuan dari tulisan ini adalah untuk member informasi bagi kita mengenai kebohongan, dan berdasarkan dengan informasi ini, kita yang menjawab pertanyaan di kalimat pertama paragraph ini.
Sebelum kita melihat apa yang Alkitab katakan mengenai berdusta atau berbohong, saya ingin membagi empat alasan utama mengapa orang berdusta, sesuai dengan seorang penulis. Katanya orang berdusta:
  • Sebagai gurauan atau main-main saja. Seringkali kita berdusta untuk April Mop atau ketika bercerita, kita berdusta dalam cerita kita untuk bercanda.
  • Untuk terlepas dari sebuah hukuman. Biasanya anak-anak akan berdusta jika dia tahu akibat dari dusta tersebut. Ini merupakan sifat mendasar dari manusia, untuk mengelak dari suatu kesalahan dengan cara berdusta.
  • Untuk mendapat keuntungan. Bentuk kebohongan seperti ini mungkin merupakan yang paling berbahaya. Seringkali dusta seperti ini di ucapkan oleh suami/isteri yang terlibat dalam sebuah affair; para pencuri berdusta untuk mencuri.
  • Karena pikiran yang bingung. Alasan terakhir mengapa orang berdusta adalah karena mereka tidak tau jawaban yang sebenarnya. Mungkin seseorang diajarkan sesuatu yang salah, ajaran itu dia lanjutkan kepada orang lain, walaupun salah. Tetapi, walaupun itu sebuah kebohongan, orang berikutnya akan percaya. Mereka tidak berdusta dengan sengaja, tetapi banyak orang melakukan itu karena tidak tahu.[4]

Kata berdusta atau berbohong merupakan salah satu kata negatif yang pertama kali muncul di buku pertama Alkitab, Kejadian. Menurut The New Unger’s Dictionary kata dusta berarti “bohong/dusta adalah ucapan secara lisan atau tindakan yang salah, dengan maksud untuk menyesatkan atau menipu. Dalam Alkitab kata ini digunakan untuk menunjukkan semua cara di mana manusia mengingkari atau mengubah kebenaran melalui kata atau perbuatan, sebagaimana juga kejahatan pada umumnya.”[5] Definisi yang lebih kuat lagi di berikan oleh New Illustrated Bible Dictionary, berbohong adalah  “pernyataan atau tindakan yang dirancang untuk menipu orang lain. Biasanya motivasi untuk berbohong adalah salah satu dari dua, keinginan untuk menyakiti orang yang kebohongan diarahkan (Kej. 3:1-13; Rm. 3:13) atau untuk melindungi diri, biasanya karena takut atau gengsi (Matius 26: 69-75, Kisah 5:1-11).”[6]

Berbohong tegas dikutuk dalam Alkitab (Kel. 20:16; Ef. 4:25). Hal ini salah karena bertentangan dengan sifat Tuhan (Titus 1:2; Ibr. 6:18) dan karena itu menunjukkan bahwa seseorang tidak berhubungan dengan kenyataan (Rm. 1:25; 1 Yohanes 1:6). Alkitab mengajarkan orang percaya harus benar dalam kasih (Ef. 4:25).

Dua kata dalam bahasa Ibrani mempunyai arti yang sama: šeqer, dusta’,penipuan’; kāzāḇ, ‘berbohong’ atau ‘hal menipu’. Di dalam bahasa Yunani adalah pseudo dan semua kata yang menggunakan akar yang sama. Pada dasarnya, kebohongan adalah pernyataan dari apa yang diketahui palsu dengan maksud untuk menipu (Hak. 16:10, 13). Para penulis Alkitab sangat mengutuk bentuk-bentuk kebohongan yang parah, misalnya orang-orang yang membuat penipuan (Im. 6:2-3) atau membuat tuduhan yang salah (Ul. 19:15), juga kesaksian dari para nabi palsu (Yes. 14:14). Kebohongan dapat dinyatakan dalam kata kata (Amsal 6:19), gaya hidup (Mazmur 62:9), kesalahan (2Tes 2:11), atau suatu bentuk agama palsu (Rm. 1:25). Para nabi mengangap berbohong sebagai sebuah ungkapan khusus dari prinsip kejahatan (Ho. 12:1). Berbohong dilarang karena bertentangan dengan hati nurani moral bangsa Israel (Amsal 19:22), juga karena efek antisosial dari kebohongan (Amsal 26:28), dan di atas semua, berbohong adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan sifat ilahi (Bil. 23:19).

Yesus menyatakan bahwa Setan adalah bapa segala dusta (Yoh. 8:44). Semua dusta dilarang dalam komunitas Kristen (Kol. 3:9). Berbohong digambarkan dengan berbagai cara, misalnya jawaban mengelak Kain (Kej. 4:09); dusta yang disengaja Yakub (Kej. 27:19); Gehazi yang berbohong tentang majikannya (2 Raja 5:21-27), dan penipuan yang dilakukan oleh Ananias dan Safira (Kisah 5: 1-10). Berbohong adalah dosa dari Antikristus (1 Yoh. 2:22) dan semua orang yang suka berdusta biasanya kehilangan hidup kekal (Why. 21:27).

Bagaimana dengan dusta yang diucapkan dengan tujuan positif? Peristiwa 1 Samuel 16:2 tidak membenarkan “dusta putih.” Tuhan hanya memberi alasan pura-pura untuk kunjungan Samuel ke Betlehem, dan nabi itu tidak berkewajiban untuk mengungkapkan tujuan aslinya. Sekali lagi, 1 Raja-raja 22:20-23 menunjukkan bahwa Tuhan mengijinkan sebuah dalih bahwa penghakiman-Nya yang benar harus berlaku pada Ahab. Dalam bagian-bagian Alkitab seperti Kej. 12:10-20 menguraikan dengan jelas bahwa penipuan atau tidak memaafkan bukanlah sebagai contoh untuk diteladani.[7]

Alkitab mencatat cerita mengenai beberapa “orang baik-baik” yang berdusta. Yang pertama adalah Isak. Ketika dia menjadi penghuni Gerar, para lelaki penduduk di sana bertanya jika Rebekah adalah isterinya dia menjawab bukan isterinya melainkan saudara perempuannya. Dia berdusta karena ketakutan (Kej. 26:6,7).
Orang yang kedua adalah Simson, ketika Delila dengan memelas bertanya mengenai kunci kekuatannya dia berdusta tiga kali sebelum akhirnya memberi tahu rahasia kekuatannya adalah di rambut (Hakim-hakim 16:6,7,10).

Bahkan Daud berdusta sampai tiga kali. Dia meminta agar Yonatan mengucapkan sebuah cerita dusta demi keselamatannya. Daud memohon agar Yonatan mengucapkan dusta kepada ayahnya Saul, kalau Daud akan datang dan duduk makan bersama dengan Saul. Padahal Daud pergi melarikan diri (1 Samuel 20:5). Dusta yang diucapkan Daud selanjutnya adalah kepada Imam Abimelek, ketika dia sementara dalam pelarian karena diancam Saul. Dia mengucapkan dusta kepada Imam mengenai keberadaan mereka di tempat itu (1 Sam. 21:1,2).

Dusta yang ketiga adalah ketika dia bersama pasukannya berada di Ziklag, tanah orang Filistin, yang dipimpin oleh Raja Akhish. Ketika dia telah menyerang bangsa Gesurit, Gezrit dan Amalek, dan membunuh semua orang, dia berdusta kepada Raja Akhish di dalam percapannya sesudah kejadian itu (1 Sam. 27:8-12).
Orang baik yang terakhir adalah Petrus. Kita semua tahu mengenai Petrus yang menyangkal Yesus ketika di tanya apakah dia pengikut Yesus (Mat. 26:69-74).

Jadi apakah kita boleh berdusta? Tidak. Apakah ada dusta putih (white lie)? Tidak, semua dusta sama saja. Jadi seandainya kita terjebak ke dalam situasi untuk yang mengharuskan kita berdusta, lebih baik kita terus terang daripada berdusta, sesuai dengan contoh tokoh-tokoh yang sudah dibahas di atas.
Sekian dulu pembahasan kali ini, sampai jumpa di edisi berikutnya.


[1] Robert Lloyd, Why We Lie, May 2006, tersedia di http://www.livescience.com/health/060515_why_lie.html
[2] Ibid.
[3] Allison Kornet, The Truth About Lying,Juli 2010, tersedia di http://www.psychologytoday.com/articles/199705/the-truth-about-lying
[4] Alpha, Why do People Lie?, April 2007, tersedia di http://www.associatedcontent.com/article/194765/the_4_reasons_why_people_lie_pg2.html?cat=17
[5] Merrill Frederick Unger, R. K. Harrison, Howard Frederic Vos, & Cyril J. Barber, “lie,” The New Unger's Bible Dictionary, Rev. and updated ed. (Chicago: Moody Press, 1988)
[6]“Lie” Youngblood, F. Ronald,  F. F. Bruce, &  R. K. Harrison,    “Lie,” Nelson's New Illustrated Bible Dictionary (Nashville : Thomas Nelson Publishers, 1995).
[7]D. R . W. Wood, “Lie,” New Bible Dictionary (InterVarsity Press, 1996, c1982, c1962), 687.

A New Design Template

I have spent quite a number of hours figuring out how to tweak the template of this blog. Finally, I am satisfied. My taste would be quite different from everyone else, but I hope this design will stay for a while. Thanks to ourblogtemplates.com.

Wednesday, December 8, 2010

Emerging Church

Last night I was reading through the blog and comments of Cindy Tutsch at Adventist Today, in particular her blog about Emerging Church entitled "DANGERS OF EMERGING/EMERGENT TRENDS TO THE SEVENTH-DAY ADVENTIST MOVEMENT AND MISSION"

She started with sweeping generalization that Emergents do not have a solid Biblical foundation for their faith, because worship is all about how they experience it. She says:
For Emergents, experience and subjective revelation trump Scripture. Absolute truth does not exist; all truth is relative to each person's experience. Thus, no moral judgments can be made about evil. Where there is no evil, there can be no call to repentance and no freedom from guilt through the blood of Jesus because there is no sin.


Furthermore, she says "emergent worship is highly individualistic in the sense of placing greater value on one's personal story and personal interpretations than on worshiping God through the biblical model of repentance." This is the kind of worship service that many churches practice in order to attract people to the congregation. Cindy was 'attacked' by other bloggers who pointed out that she was making generalizations and not giving proof of what she was writing about.

It took me several minutes to try to understand the basis of all the arguments that ensued after she posted her blog. It seems that almost everybody is in the same opinion that the Emerging Church Movement cannot be generalized to have the same characteristics. Because even Adventists today feel that "the stations of the cross" makes sense, as what Ellen White suggested to spend hours contemplating on the life of Christ each day. Even "candles and incense" is conducive for meditation and relaxation.

My question now is "how do we draw the line between the practices of Emerging Church and the SDA Church so that we will not be categorized as Emergent?" Many pastors I know gives a high regard to Rick Warren's "Purpose Driven Life." In fact, it was one of the main textbook used in the class of "Ministry and Spiritual Life." Our church here uses a lot of praise songs typically used in Emerging Church's worship service instead of using songs from the SDA Hymnal.

Looking at Wikipedia, the authors there quote from Gibs and Bolger who interviewed people and summarized the characteristics of Emergents as people who
desires to imitate the life of Jesus; transform secular society; emphasise communal living; welcome outsiders; be generous and creative; and lead without control.


Are the people in my church exhibiting the same characteristics? Are the leaders in my church advocating this practices? I do hope that they are "welcoming outsiders" to worship in church in order to feel welcomed. But I sure don't want the leaders to be "leading without control."

So, what I am trying to point out here? I need to be more educated on this subject.I am curious and want to know more about this movemet, the Emerging Church. Are there good practices that can be contextualized to the SDA Church, or do their practices need to be banned altogether?