Monday, April 12, 2010

Rasul Paulus: Anggota Sanhedrin?

Selamat berjumpa kembali di dalam ruang Tanya jawab. Pertanyaan kali ini adalah pertanyaan yang sempat muncul di dalam Milis Pendeta Advent dan kami berusaha menjawabnya. Pertanyaannya adalah: Apakah Rasul Paulus merupakan salah satu anggota Sanhedrin?

Pertanyaan ini akan dijawab dalam dua bagian. Yang pertama mencari tau syarat anggota Sanhedrin dan yang kedua melihat apakah Alkitab menulis secara eksplisit bahwa Rasul Paulus (Saulus waktu itu) adalah anggota Sanhedrin. Semoga bermanfaat.

BAGIAN PERTAMA: PERSYARATAN ANGGOTA SANHEDRIN

Di dalam research yang kami adakan, kami tidak menemukan kwalifikasi tertulis bagi anggota Sanhedrin untuk menikah, seperti “Anggota Sanhedrin harus memiliki seorang isteri.” Kecuali dengan beberapa kutipan yang sepertinya memberi indikasi bahwa mereka harus memiliki anak. Dengan demikian mereka akan mempunyai kemampuan untuk mengerti orang lain. Orang-orang mandul atau sudah terlalu tua juga tidak diijinkan untuk menjadi anggota.

"Mereka yang pintar dan berpengertian, yang adalah ahli di dalam Torah dan berpengetahuan di berbagai cabang ilmu; yang memeliki pengetahuan dalam ilmu umum seperti kedokteran, matematika, kalkulasi siklus dan konstelasi; dan juga mengenal astrologi, ilmu sihir, praktek superstisius dari penyembah berhala, dan hal-hal serupa, agar mereka mempunyai kompetensi untuk berurusahan dengan kasus-kasus yang memerlukan pengetahuan dalam bidang-bidang tersebut.

Lebih dari itu, mereka yang berkwalifikasi untuk menjadi anggota di Sanhedrin haruslah imam, orang Lewi, dan Israel (awam) kelahiran baik, layak untuk mengawinkan anak-anak perempuan mereka kepada imam-imam…" (Isadore Twersky, A Maimonides reader: Library of Jewish studies (Springfield: NJ, Behrman House, Inc, 1972), 191-192.

Seseorang yang sudah lanjut usia tidak bisa duduk menjadi anggota Sanhedrin, karena tia cenderung akan keterlaluan. Hal yang sama juga terhadap orang yang mandul, atau tidak mempunyai anak. Jika Sanhedrin beranggotakan orang-orang seperti itu tidak sesuai dengan hokum. Karena itu, jika seorang anggota menjadi sangat tua atau tidak bisa berreprosuksi lagi, dia harus diganti. (Rabbi Aryeh Kaplan, Qualifications for a Jewish judge and the operation of the Sanhedrin. 17 Feb. 2010 .)

Kwalifikasi utama dari anggota “Departemen Kehakiman Agama Yahudi” ini adalah wise men (orang berhikmat), experts in Torah (ahli dalam Torah), knowledgable in general sciences (berpengetahuan dalam ilmu pengetahuan umum), mereka juga harus berperawakan tinggi dan cukup berumur dan harus berasal dari kaum aristokrat. Karena mereka terdiri dari 70 anggota plus 1 ketua (ketentuan yang diatur oleh Torah, sesuai dengan Bilangan 11:16), maka komposisi mereka tentu bervariasi dan tidak semestinya semua orang yang berkeluarga. Karena yang penting di sini adalah kepintaran intelek anggota untuk menginterpretasi Torah, atau memiliki kemampuan berbagai Bahasa (Ibrani, Aramaik, Yunani, etc.). Jadi jika seseorang memiliki kemampuan-kemampuan tersebut, maka dia bisa dipilih/ditunjuk untuk posisi tersebut.

Lepas dari pendapat tersebut, sepertinya dalam diskusi-diskusi forum/newsgroup yang kami dapati ada juga yang berpendapat bahwa persyaratan “memiliki anak” berarti, secara otomatis, anggota Sanhedrin harus berkeluarga. Karena itu, perdebatan ini bisa berlanjut terus sesuai dengan interpretasi masing-masing.

BAGIAN KEDUA: PAULUS SEBAGAI ANGGOTA SANHEDRIN

Kehidupan Saul, sesuai dengan catatan Alkitab, cukup jelas digambarkan. Dilahirkan dalam keluarga Israel dari suku Benyamin (Filipi 3:5), ketika beranjak sepuluh tahun dia dikirim ke Yerusalem untuk bersekolah di sekolah Rabi dan Farisi yang dipimpin oleh Gamaliel (Kisah 5:34). Rabi Gamaliel menjadi guru pribadi dari Saul (Kisah 22:3) dan sejarah mencatat bahwa Gamaliel adalah salah seorang guru terhebat dalam Yudaisme. Gamaliel dijuluki Raban, gelar prestasi yang diberikan hanya pada tujuh guru besar di dalam sejarah.

Dia adalah seorang Farisi, sesuai dengan pengakuannya sendiri di hadapan Sanhedrin. “Dan karena ia tahu, bahwa sebagian dari mereka itu termasuk golongan orang Saduki dan sebagian termasuk golongan orang Farisi, ia berseru dalam Mahkamah Agama itu, katanya: "Hai saudara-saudaraku, aku adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi; aku dihadapkan ke Mahkamah ini, karena aku mengharap akan kebangkitan orang mati." (Kisah 23:6). Tetapi pernyataan ini tidak membuat Paulus secara otomatis menjadi anggota Sanhedrin.

Beberapa ahli berargumen bahwa pernyataan di atas memberi indikasi bahwa dia adalah anggota Sanhedrin (Mahkamah Agama) karena dia berseru “saudara-saudaraku” (my brothers). Padahal tujuan utamanya adalah untuk menekankan mengenai doktrin kebangkitan orang mati. Kita harus mengerti bahwa dia berada dalam keadaan terjepit. Jika tidak bertindak, pasti Sanhedrin memberikan perintah untuk mengeksekusi dia. Karena itu, dia berusaha untuk ‘bermain’ dengan ego mereka. Para Saduki menolak kebangkitan orang mati dan tidak percaya adanya roh dan malaikat, sementara Farisi menerima kedua-duanya. Ketika Paul berseru bahwa dia adalah seorang Farisi, dia bertujuan untuk menimbulkan perpecahan antara kedua kelompok yang mayoritas di dalam Sanhedrin saat itu. Usahanya berhasil, sehingga terjadi keributan di dalam rapat tersebut.

Ada juga ahli yang berargumen ketika Stefanus diadili di hadapan Sanhedrin, para saksi membawa jubah mereka di depan“kaki seorang muda yang bernama Saulus” (Kisah 7:58), memberi indikasi bahwa Saul adalah anggota Sanhedrin, karena hanya seorang anggota yang mempunyai otoritas seperti itu. Padahal tidak tertulis selanjutnya apa peranan Saul yang muda itu. Kehadirannya tidak memberi bukti bahwa dia anggota Sanhedrin. Bahkan narasi tersebut tidak menulis kalau dia terlibat dalam melempari Stefanus dengan batu, dia hanya menjaga jubahnya. (KJV Bible commentary. 1997, c1994 (2145). Nashville: Thomas Nelson.)

Pernyataan Paulus di dalam Kisah 26:10 “Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati” juga memberi indikasi bahwa Paulus mempunyai otoritas melakukan itu karena dia anggota Sanhedrin.

Ini lebih diperjelas melalui kutipan di bawah ini:

Anggota dari Sanhedrin. "Ada landasan kuat untuk mempercayai bahwa jika Paulus bukan seorang anggota Sanhedrin pada saat Stefanus dilempari batu dia di pilih ke kekuasaan itu tidak lama sesudah kejadian tersebut; mungkin sebagai imbalan terhadap semangat yang dia tunjukkan terhadap orang biadah. Dia sendiri mengatakan di Yerusalem bahwa dia bukan hanya mempraktekkan kekuasaan untuk memenjarakan orang sesuai dengan izin imam besar, tetapi juga, ketika orang-orang Kristen dibunuh, dia juga memberi persetujuan (Kisah 26:10). Dari ungkapan ini, sangat alamiah bagi kita untuk mengandai bahwa dia seorang anggota dari pengadilan tinggi tersebut. Jika ini benar, dan kwalifikasi bagi anggota Sanhedrin adalah ayah dari anak-anak, berarti Saulus adalah seorang yang berkeluarga, dan seorang kepala keluarga. Jika demikian, mungkin isteri dan anak-anaknya mungkin hanya hidup sementara; sebab jika mereka hidup saat itu pasti akan disebut di dalam narasi selanjutnya, atau ada alusi di dalam surat-surat tulisan Paulus" (Conybeare and Howson).(The New Unger's Bible Dictionary. Moody Press of Chicago, Illinois. Copyright © 1988)

KESIMPULAN

Setelah melihat argumen-argumen di atas, kami mengambil kesimpulan berikut ini:

1. Tidak ada catatan resmi yang mengharuskan seorang anggota Sanhedrin harus menikah. Walaupun memberi indikasi bahwa mereka harus mempunyai anak.

2. Alkitab tidak pernah menulis bahwa Rasul Paulus adalah salah satu anggota Sanhedrin, walaupun sepertinya memberi indikasi demikian.

Spekulasi setiap orang akan berbeda sesuai dengan keyakinannya. Jikalau kita menerima argumen bahwa dia anggota Sanhedrin, berarti dia haruslah seorang yang berkeluarga. Jika dia berkeluarga, ini memberikan kesulitan bagi kita untuk menerima kenyataan bahwa dia mengatakan “single” (1 Corinthians 7:1-8). Gambaran lebih khusus di ayat 7-8 bahwa dia tidak menikah “unmarried.” Unmarried memberi indikasi bahwa dia tidak pernah menikah, bukan pernah menikah dan sekarang tidak.

Agar terjadi keselarasan dengan catatan-catatan Alkitab, maka kami memilih untuk mengambil interpretasi bahwa Paulus bukan anggota Sanhedrin, karena tidak ada catatan resmi bahwa dia adalah anggota, dan juga karena pernyataannya bahwa tidak tidak menikah. Tuhan kiranya memberkati.

3 comments:

  1. sanhedrin dengan farisi ituh berbeda gag siyy ?

    ReplyDelete
  2. Tapi ellen g white dengan jelas menyatakan bahwa paulus seorang sanhedrin.

    Perhatikan kutipan di bawah ini
    Paul had been educated by the most learned teachers of the age. He had been taught by Gamaliel. Paul was a rabbi and statesman. He was a member of the Sanhedrin, and had been very zealous for the suppression of Christianity. He had acted a part in the stoning of Stephen, and we read further of him, “As for Saul, he made havoc of the church, entering into every house, and haling men and women committed them to prison.” But he was stopped in his career of persecution. As he was on his way to Damascus to arrest any Christians he might find, “suddenly there shined round about him a light from heaven: and he fell to the earth, and heard a voice saying unto him, Saul, Saul, why persecutest thou me? And he said, Who art thou, Lord? And the Lord said, I am Jesus whom thou persecutest: it is hard for thee to kick against the pricks. And he trembling and astonished said, Lord, what wilt thou have me to do? And the Lord said unto him, Arise, and go into the city, and it shall be told thee what thou must do. And the men which journeyed with him stood speechless, hearing a voice, but seeing no man. And Saul arose from the earth; and when his eyes were opened, he saw no man: but they led him by the hand, and brought him into Damascus.” {RH March 6, 1900, par. 3}

    ReplyDelete
  3. Sebenernya apa sih esensi dari "Apakah paulus anggota Sanhedrin atau bukan?"
    Ada??
    Karena Paulus sendiri berkata bhw semuanya yang dulu dianggap sampah Filipi 3:8.

    Pasti dikaitkan dengan Status PERNIKAHAN Paulus... Ujung ujung nya mau LEGITIMASI Perceraian?
    Atau mau Kawin lagi?

    Kasian banget Rasul Paulus dijadikan "kambing hitam" buat ug mau cerai atau mau kawin lagi kan...
    Bertobat aja...
    Pasangan SELINGKUH? Ya periksa dirilah...
    Pasangan yg bersalah? Ya sudah, bukan berati cerai kan!

    Ingat Standar kita itu YESUS. Kalo ditampar pipi kiri kasih pipi kanan... Kalo pasangan SELINGKUH...bukan bales SELINGKUH lagi atau CERAI...Tapi doakan dan ampunilah...

    Kiranya Roh Kudus menuntun kita dalam Kebenaran Nya.

    Gos bless

    ReplyDelete